Pertapaan
Gunung Kawi Bebitra, Bitra, Gianyar merupakan pertapaan yang berbentuk lorong
buntu yang membentang dari arah utara ke selatan. Pertapaan ini terdiri dari
dua dinding sebelah barat dan sebelah timur. Dinding sebelah barat dari arah
utara terdapat : pancoran, sebuah ceruk kecil yang berisi arca kepala, relief
Wayang, relief Tantri, relief Garuda. Pada dinding sebelah timur membentang
dari utara keselatan : sebuah ceruk yang berfungsi sebagai tempat sesaji,
goa-goa yang berfungsi sebagai tempat bertapa, relief Kalasungsang, relief
Dwarapala dan relief perwujudan laki-laki dan perempuan. Pertapaan ini juga
menyimpan subuah ceruk besar yang terdapat disebelah selatan pertapaan dan diperkirakan
digunakan untuk tempat bertapa mengingat bentuk dan ukuranya.
Perkiraan Asal-usul
Pertapaan Gunung Kawi Bebitra
Menurut tokoh-tokoh adat Desa Bitra,
konon Pertapaan Gunung Kawi Bebitra merupakan peninggalan dari Desa Peling
dengan Pimpinannya yang bernama Mas Pahit dengan patihnya bernama Wedang
Serawah (sepupu Mas Pahit). Sebagai pimpinan Desa Peling Mas Pahit sangat
dihormati dan disegani oleh rakyatnya. Mas Pahit juga adalah seorang pemimpin
yang tegas dan bijaksana dalam mengambil suatu keputusan, serta tidak pilih
kasih/pandang bulu dalam menerapkan hukuman apabila rakyatnya bersalah. Dalam
setiap permasalahan Mas Pahit selalu mengambil jalan musyawarah dan selalu
mengutamakan kepentingan masyarakat dibandingkan dengan kepentingan individu atau
kelompok. Beliau juga memiliki istri –istri
yang cantik yang mendampingi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Karena Mas Pahit memiliki istri-istri yang cantik
maka Wedang Serawah tergoda oleh salah satu
seorang istri Mas pahit, terjadilah hubungan gelap antara salah satu istri Mas
Pahit dengan Wedang Serawah. Hubungan gelap tersebut akhirnya diketahui oleh
Mas Pahit yang menyebabkan terjadinya perkelahian antara Mas Pahit dengan
Wedang Serawah yang berujung pada kekalahan Wedang Serawah. Mas Pahit yang emosi
kemudian mengejar Wedang Serawah hingga terjatuh di suatu tempat yang sekarang
dinamakan Desa Marga Sengkala, Wedang Serawah terus saja dikejar sehingga dia
sampai ditempat perburuan yang sekarang dinamakan Desa Buruan. Meskipun Wedang
Serawah sempat bersembunyi di suatu tempat yang sekarang dinamakan Desa Celuk,
tapi akhirnya ia ditemukan juga oleh Mas Pahit yang kemudian lehernya dipenggal,
tempat dipenggalnya Wedang Serawah dinamakan bebaung yang sekarang bernama Desa
Semabaung. Setelah itu Mas Pahit kembali ke Desa Peling dan mulai melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik.
Entah berapa lama setelah kejadian terbunuhnya
Wedang Serawah dan tanpa diketahui penyebab yang pasti, maka terjadilah satu
kejadian yang luar biasa yang merupakan awal dari kejatuhan Desa Peling. Dari
wabah serangga beracun/semut api yang berjuta-juta jumlahnya menyerang rakyat Desa
Peling. Tentara gaib itu menghancurkan dan memporak – porandakan Desa Peling,
Masyarakat yang sebelumnya hidup damai kini tercerai berai karena takut
serangan dari serangga yang berbahaya
tersebut.
Peninggalan Desa Peling berupa tempat suci, yang masih ada sampai dengan saat ini
adalah :
1.
|
Pura
Buda Ireng, yang piodalannya jatuh pada hari Buda Wage Langkir.
|
2.
|
Pura
Puseh yang hari piodalannya jatuh pada hari Buda Umanis Medangsiya
|
3.
|
Jika
ditinjau dari segi ulu Desa Peling di utaranya yang berbukit yaitu Pura Bukit
Pucak Sari Bitra dan Pertapaan Gunung Kawi Bebitra yang juga telah diakui
sebagai peninggalan sejarah purbakala dan merupakan cagar budaya. Sedangkan
bekas wilayah Desa Peling yang sekarang menjadi wilayah persawahan disebut
juga dengan sebutan Subak Pelengan.
|
Konon
fungsi dari Pertapaan Gunung Kawi Bebitra tersebut digunakan untuk menenangkan hati
dari Mas Pahit dikala dihadapkan pada suatu masalah. Sehingga di pertapaan tersebut
terdapat relief Tantri yang menggambarkan kebijaksanaan, terdapat juga relief Garuda
yang menggambarkan Ketenangan, karena mengeluarkan tirta amerta dari mulutnya.
Dalam
penelitian Sunantara, tentang Pertapaan Gunung Kawi Bebitra, mengatakan bahwa
selain difungsikan sebagai tempat pertapaan tapi juga difungsikan juga sebagai
tempat pertirtaan. Pertirtaan ini mendapat air dari sumber mata air di sebelah
barat laut dari dinding sebelah barat, selanjutnya mengalir kepancuran yang
berbentuk tonjolan, airnya juga dialirkan kepancuran Garuda melalui parit atau
jaladwara, karena jaladwara sudah rusak sehingga air tidak sampai kepancuran
tersebut, melainkan merembes kesamping (Sunantara, 1989: 48).
Cerita Dari Masing Relief Pertapaan Gunung Kawi Bebitra
Bentuk dan Diskripsi Pertapaan
Beserta Tinggalannya
Pertapaan
Gunung Kawi Bebitra merupakan sebuah pertapaan yang memiliki berbagai tinggalan
arkeologi yang berbentuk relief, arca, maupun ceruk-ceruk atau gua-gua yang
difungsikan sebgai tempat bertapa, maka sebelum mendeskripsikan bentuk relief
Tantri yang menjadi fokus penelitian, alangkah baiknya mengetahui bentuk-bentuk
tinggalan arkeologi selain relief Tantri itu sendiri. Pertapaan Gunung Kawi
Bebitra yang terletak di Banjar Roban, Desa Bitera, Gianyar, merupakan
pertapaan berbentuk lorong buntu.
Relief-relief
yang terdapat di Pertapaan Gunung Kawi Bebitra, dibagi menjadi dua dinding
yaitu, dinding sebelah barat dan dinding sebelah timur. Dinding sebelah barat
dari utara terdapat relief wayang dengan deskripsi berdiri tegak, tangan kiri
berada di pinggang, tangan kanan diangkat dan ditekuk seolah-olah sedang
bicara, telinga ada antingnya, muka berbentuk bulat dan tersenyum . Letak relief wayang ini diantara panil utara dan tengah relief Tantri,
terdapat juga relief Garuda dengan deskripsi, sikap kaki bersila, kedua tangan
berada diperut seperti dalam sikap semedi, memakai mahkotha, mata melotot, dan
bersayap. Letak relief Garuda ini di sebelah selatan relief
Tantri.
Dinding
sebelah timur, terdapat relief antara lain, dari utara terdapat relief Kalasungsang
dengan deskripsi kepala dan tangan berada di bawah, raut muka seram seperti
raksasa dengan gigi yang besar dan mata melotot, di sebelah
selatan relief Kalasungsang ditemukan dua relief Dwarapala, dari utara
deskripsinya berwujud seram, mata melotot, gigi besar, tangan kiri diangkat dan
tangan kanannya memegang senjata, sedangkan untuk yang satunya lagi, muka
kurang jelas, tangan kiri diangkat keatas dan tangan kanan berada di pinggang, dilanjutkan ke sebelah selatan relief Raksasa ditemukan dua
relief perwujudan laki-laki dan perempuan. Relief laki-laki yang terdapat
disebelah utaranya diskripsinya sebagai berikut tangan kanan memegang dada
sedangkan tangan kiri digambarkan sedang memegang perut untuk mukanya kurang
jelas, sedangkan yang perempuan digambarkan kedua tangan berada di perut,
rambut digulung ke atas untuk mukanya agak kemayu-mayuan mirib seperti
perempuan
Pertapaan Gunung Kawi Bebitra juga
menyimpan arca kepala yang sangat disucikan oleh masyarakat sekitar, arca
perwujudan ini mirib seperti manusia dengan rambut lurus ke belakang arca perwujudan initerdapat di dinding sebelah barat tepatnya di
atas pancoran pertirtaan.
Pertapaan Gunung Kawi Bebitra juga
memiliki tinggalan berupa ceruk-ceruk dan gua-gua, menurut informasi dari I
Made Lanus juru pelihara di pertapaan ini ceruk yang terdapat disebelah selatan
pertapaan merupakan ceruk yang digunakan untuk bertapa ,
selain itu terdapat juga ceruk yang sekarang digunakan untuk menaruh banten
(sesaji), ceruk ini terdapat disebelah utara pertapaan.
Pertapaan ini juga memiliki gua-gua, dari informasi yang di dapat gua-gua ini
dulunya digunakan untuk tempat bertapa.
Bentuk dan Diskripsi Relief
Tantri
Relief
Tantri yang terpahatkan di sebelah barat dinding, Pertapaan Gunung Kawi Bebitra
yaitu :
Panil Sebelah Utara
Panil ini menceritakan Singa Pinggala dalam
posisi jongkok kedua kaki belakang ditekuk dan kaki depan diangkat seolah-olah sedang
bicara dengan lima ekor Anjing Sembada yang ada di depanya. Posisi lima Anjing
Sembada sendiri, empat ekor diantranya dalam posisi jengkok seolah-olah sedang
bicara dan seekor lagi dalam sikap terkelungkup. Latar belakang tempat
kejadiannya di tengah hutan bisa dilihat dari gambaran tempat kejadian yang
banyak terdapat pepohonan yang lebat, bentuk panil ini adalah segi empat
panjang panil : 106 cm, lebar panil : 88
Panil Tengah
Panil
ini menceritakan enam ekor Anjing Sembada dalam posisi berlari di tengah hutan,
hal ini bisa dilihat dari adanya banyak pepohonan, bentuk panil ini adalah segi
empat, panjang panil : 103 cm, lebar 86cm
Panil
Selatan
Panil ini menceritakan pertarungan antara Lembu
Nandaka dengan empat ekor Anjing Sembada, hal itu terlihat dari posisi Lembu
Nandaka yang seperti menanduk. Latar belakang kejadianya di tengah hutan
terlihat dari adanya banyak pepohonan, bentuk panil segi empat panjang, panjang
panil : 110 cm, lebar panil : 85 cm
|
Semoga bermanfaat
BalasHapusbaik terimakasih
BalasHapusDeket rumah ku
BalasHapus